Potret Sahabat dalam Menjaga Shalat Berjamaah
Bersama Pemateri :
Syaikh `Abdurrazzaq bin `Abdil Muhsin Al-Badr
Potret Sahabat dalam Menjaga Shalat Berjama’ah adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam dengan pembahasan Kitab Ta’dhim Ash Shalah, sebuah kitab buah karya Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr. Pembahasan ini juga disampaikan oleh: Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr pada 22 Dzul Hijjah 1439 H / 03 September 2018 M.
Status Program Kajian Kitab Ta’dhim Ash Shalah
Status program Kajian Ta’dhim Ash Shalah: telah selesai.
Download juga kajian sebelumnya: Wajib dan Pentingnya Shalat Berjama’ah
Kajian Tentang Potret Sahabat dalam Menjaga Shalat Berjama’ah – Kitab Ta’dhim Ash Shalah
Kita perhatikan sejarah para sahabat radhiyallahu ‘anhum bagaimana mereka sangat memperhatikan masalah shalat jama’ah ini. Sahabat Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu pernah berkata, “sungguh aku dahulu melihat para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak ada seorangpun yang meninggalkan shalat jama’ah kecuali seorang munafik yang jelas-jelas kemunafikannya. Bahkan salah seorang diantara kami sampai harus dituntun oleh dua orang agar dibawa ditengah-tengah shaf.”
Diantara para sahabat yang tidak bisa berjalan karena sakit atau karena tua, maka sahabat yang lain membantunya untuk menuju ke masjid sampai berdiri ditengah-tengah kaum muslimin. Hal itu disebabkan karena mereka semua sangat mengetahui dan sangat faham tentang nilai dan kedudukan shalat yang sangat tinggi. Ketika kedudukan dan keagungan shalat sangat besar dihati mereka, maka mereka tetap datang ke masjid walaupun badan mereka dalam kondisi yang lemah. Dan bahwasannya hal ini kita saksikan dari orang-orang shalih dizaman ini dari para orang tua. Yang mana mereka berusaha untuk datang ke masjid dengan kondisi badan yang sangat lemah bahkan terlihat sangat sulit untuk berjalan akan tetapi memaksa dirinya untuk menjaga shalat di rumah-rumah Allah sebagaimana yang Allah perintahkan. Tentunya semua itu kembali kepada besarnya hati-hati mereka dan agungnya kedudukan shalat dihati mereka. Adapun mereka yang memiliki badan sehat namun mereka tetap meninggalkan shalat, hal itu dikarenakan lemahnya nilai shalat dihati mereka.
Said Ibnul Musayyib rahimahullah, beliau adalah salah satu ulama dari kalangan Tabi’in. Beliau berkata, “Saya tidak pernah ketinggalan shalat berjama’ah sejak empat puluh tahun.”
Perhatikan keadaan manusia saat ini, bahkan dalam sehari saja berapa kali dia ketinggalan shalat berjama’ah. Dan dizaman kita ini, Allah subhanahu wa ta’ala memudahkan kita dengan adanya kursi roda. Hal ini mengingatkan keadaan para salaf terdahulu. Tentu sangat pantas bagi para pemuda yang mempunyai badan yang sehat, kekuatan yang prima, mereka mengambil pelajaran dari orang-orang tua yang rajin menjaga shalat mereka. Hendaknya para pemuda itu menggunakan kesempatan badan yang sehat ini untuk menjaga shalat berjama’ah bersama kaum muslimin. Bukan malah terhalang dari kebaikan dan keutamaan shalat berjama’ah.
Tempat didirikannya shalat berjama’ah adalah di Masjid-masjid yang dibangun. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
فِي بُيُوتٍ أَذِنَ اللَّـهُ أَن تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ يُسَبِّحُ لَهُ فِيهَا بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ ﴿٣٦﴾
“Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang,” (QS. An-Nur[24]: 36)
Shalat berjama’ah adalah penyejuk mata orang-orang yang beriman. Kebahagiaan hati dan ketenangan mereka adalah ketika mereka berada di masjid-masjid yang merupakan tempat yang paling dicintai oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Hal ini dapat dirasakan oleh orang yang rajin melakukan shalat. Karena setiap orang yang rajin ke masjid dengan penuh keikhlasan kepada Allah subhanahu wa ta’ala, kesedihan mereka hilang dan bahkan tidak tersisa sama sekali. Mereka dapat merasakan ketenangan dan ketentraman ketika mereka berada di masjid-masjid Allah subhanahu wa ta’ala.
Menghadiri shalat berjama’ah di masjid adalah perintah Allah subhanahu wa ta’ala. Shalat berjama’ah juga merupakan salah satu syiar dari syiar-syiar Islam dan tanda kejantanan dari seseorang. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
رِجَالٌ لَّا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَن ذِكْرِ اللَّـهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ ۙ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ ﴿٣٧﴾
“laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.” (QS. An-Nur[24]: 37)
Maka tidak pantas untuk disebut sebagai laki-laki sejati orang yang meninggalkan shalat berjama’ah dan meremehkan serta menganggap enteng kedudukan dan keagungan shalat berjama’ah.
Simak Penjelasan Lengkap dan Downlod MP3 Ceramah Agama Tentang Potret Sahabat dalam Menjaga Shalat Berjama’ah – Kitab Ta’dhim Ash Shalah
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/44612-potret-sahabat-dalam-menjaga-shalat-berjamaah/